Selasa, 10 Agustus 2010

Etika Profesi Desain Grafis_Tantangan pada masa depan

Eksistensi profesi desain grafis secara kuantitas menunjukkan angka pertumbuhan yang sangat luar biasa dalam dua dekade belakangan ini di Indonesia, khususnya di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya, sejak 1990 naik lebih dari 1100 %, sejak 1995 naik lebih dari 500%. Pertumbuhan peminatan profesi desain grafis ini seiring dengan tumbuhnya industri pendidikan yang membuka program studi desain grafis (desain komunikasi visual) dari level D2 sampai S1.

Pada sisi lain, secara kualitas menunjukkan kemerosotan penghargaan dan apresiasi dari industri praktis dan pemakai jasa, selain itu juga kemerosotan kualitas kompetensi dari desainer.

02.
Cepatnya perkembangan media dan teknologi baru pendukung pekerjaan desain grafis sejak awal 1990-an sampai kini memberi dampak yang signifikan terutama kepada sikap manusia – insan desain grafis, pelaku bisnis dan pelaku industrial. Kecepatan dan akurasi desain memang jelas meningkat, namun kualitas apresiasi dan desain menurun.

03.
Krisis ekonomi 1997 – 1998 dan akhir 2008 adalah momentum baik untuk menyusun strategi dan taktik baru guna mengatasi tuntutan-tuntutan baru yang lebih besar dan banyak, namun belum dilakukan secara optimal dan sinergi oleh pihak terkait : industri pendidikan – industri praktis, industri pendukung – pemerintah – asosiasi profesi.

04.
Krisis multidimensi didalam masyarakat khususnya krisis sosial – budaya dan etika.

Tantangan

Dari fakta-fakta diatas, dibutuhkan strategi dan taktik berupa etika baru melalui perspektif, visi dan spirit baru.

Etika baru tersebut sebagai tantangan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang.

  • Etika
    Berkaitan dengan baik dan buruk, benar dan salah. Berkaitan pula dengan adat dan kebiasaan (kebudayaan).
  • Profesi
    Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu dalam desain grafis.
    Pilihan profesinya :
    • sebagai desainer
    • sebagai pengajar + entrepreneur
    • sebagai desainer + artis
    • sebagai pengamat / kritikus
    • sebagai desainer + entrepreneur/industrialis
    • sebagai peneliti
    • sebagai pemerhati yang berkaitan dengan seni budaya atau lingkungan hidup
    • sebagai entrepreneur
    • sebagai pengajar
  • Integrasi etika profesi
    Bahwa seorang ahli seperti profesi yang tersebut diatas perlu memiliki kompetensi, kejujuran dan komitmen yang mencakup :

(klik pada gambar untuk memperbesar)

Kini, etika dalam profesi erat kaitannya dengan perspektif baru dalam komunikasi & kebudayaan. Tantangannya :

  1. Bahwa kebudayaan adalah karya manusia yang mampu mengembangkan kemampuan, bakat sampai menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai.
  2. Melalui kebudayaan, manusia mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik : lebih aman, lebih nyaman, lebih indah, lebih mudah, lebih seimbang, serasi dan selaras.
  3. Bahwa kebudayaan sebagai forma spiritual dari suatu masyarakat, karena kebudayaan sebagai struktur dasariah manusia, ia mampu memberi ciri khas dalam adat kebiasaan, bahasa, teknik serta tata nilai.
  4. Bahwa seorang ahli dalam profesi juga sebagai komunikator. Untuk menjadi komunikator yang efektif masa kini, perlu memenuhi tantangan komunikasi interkultur. (Komunikasi interkultur adalah komunikasi antar manusia dengan persepsi kultural dan sistem simbol).
  5. Tampilnya teknologi baru dan lebih baik, pertumbuhan penduduk dunia dan pergeseran area ekonomi global telah mendukung pertumbuhan internasional. Setiap orang diseluruh dunia akan terpengaruh oleh pertumbuhan ini dan perlu komunikasi tentang sumber daya alam yang terbatas dan semakin rusaknya lingkungan hidup dan perlu pula peran serta kita semua untuk membantu mengurangi dan menghindari.
  6. Bahwa komunikasi mampu menyelesaikan banyak kebutuhan interpersonal, membantu menentukan identitas personal dan mempengaruhi manusia.
  7. Secara global, bahwa komunikasi kontekstual dengan politik, teknik, kultural dan ekonomi. Sedangkan kebudayaan kontekstual dengan keyakinan » Nilai» Sikap » Perilaku.
  8. Bahwa banyak pembenaran-pembenaran di dunia pendidikan yang sebenarnya tidak selalu atau mutlak benar dalam dunia praktis.
  9. Berpikir dan bersikap positif dan konstruktif kepada:
  • Tuhan Yang Maha Esa
  • Diri sendiri
  • Rekan kerja / orang lain
  • Profesi
  • Organisasi / institusi
  • Sumber daya : waktu, air


Penutup

Bahwa etika profesi desain grafis pada masa depan tidak cukup memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga wajib memiliki kearifan spiritual yang senantiasa takut kepada Tuhan – pencipta seisi alam semesta dan memiliki kemampuan komunikasi interkultural. Senantiasa mau belajar dari kesalahan, mau menerima perbedaan pendapat, memiliki inisiatif, cenderung berusaha untuk mencari nilai beda ketimbang harus bersaing atau berkompetisi, serta berpikir terpadu.

Sebagai cognitariat seperti profesi lainnya perlu memiliki etika profesi baru yang selaras dengan tuntutan dan tantangan baru, tantangan yang sebenarnya suatu tanda pertumbuhan bagi kita bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hidup Gambrul... Leave comment, here. OK